Bagikan artikel ini:

Permainan Tradisional Betawi – Selain berfungsi sebagai pusat pemerintahan Indonesia, Jakarta ternyata juga memiliki beragam permainan tradisional yang sayangnya terancam dilupakan oleh penduduknya. Gaya hidup dan pengaruh budaya dari luar serta daerah-daerah lain telah menyebabkan permainan tradisional khas Betawi di Jakarta semakin tergantikan oleh permainan modern.

Menurut pendapat Bang Indra Sutisna, permainan tradisional Betawi adalah bagian tak terpisahkan dari budaya masyarakat, baik di kalangan masyarakat Betawi sendiri maupun di kalangan masyarakat daerah lain seperti Sunda, Jawa, dan sebagainya. Oleh karena itu, seringkali terdapat kemiripan dalam permainan antara daerah Betawi dan daerah lain, yang membedakannya hanyalah nama dan aturan-aturan permainannya.

8 Permainan Tradisional Betawi yang Jarang Ditemui

Berikut adalah delapan permainan tradisional masyarakat Betawi yang semakin jarang ditemui:

1. Gangsing

8 Permainan Tradisional Betawi yang Kini Jarang Ditemui - Gangsing
8 Permainan Tradisional Betawi yang Kini Jarang Ditemui – Gangsing

Gangsing adalah permainan yang menggunakan alat berbentuk kerucut dari kayu dengan paku di ujungnya. Cara memainkannya adalah dengan melilitkan tali pada paku dan memutar gangsing tersebut. Kekuatan lemparan menentukan berapa lama gangsing akan berputar.

Biasanya, permainan ini dimainkan oleh anak laki-laki dalam kelompok. Terkadang, ada juga lomba di mana gangsing yang sedang berputar akan dihantam oleh gangsing pemain lain, menciptakan ketegangan dalam permainan.

2. Gundu / Kelereng

8 Permainan Tradisional Betawi yang Kini Jarang Ditemui - Gundu/ Klereng
8 Permainan Tradisional Betawi yang Kini Jarang Ditemui – Gundu/ Klereng

Gundu, atau lebih dikenal sebagai kelereng, adalah permainan tradisional yang menggunakan bola-bola kecil, biasanya terbuat dari tanah liat, marmer, atau kaca. Ada berbagai variasi cara bermain kelereng, salah satunya adalah yang disebut “main tombok.” Permainan ini melibatkan dua hingga lima pemain.

Aturannya, para pemain membuat lingkaran kecil di tanah dengan diameter sekitar 7 cm, seringkali menggunakan kapur atau arang. Setiap pemain meletakkan satu kelereng sebagai taruhannya di dalam lingkaran tersebut. Kemudian, pemain berdiri di belakang garis dan berusaha melempar kelereng mereka sedekat mungkin dengan kelereng yang ada di lingkaran. Biasanya, cara bermainnya adalah dengan cara memukul kelereng target.

Pemain yang kelerengnya paling dekat dengan kelereng target mendapatkan hak untuk bermain lebih dulu. Namun, jika ada pemain yang berhasil mengenai kelereng target, maka dia yang berhak bermain lebih awal.

3. Lompat Tali/Karet

Permainan lompat tali atau karet biasanya menjadi favorit anak perempuan, meskipun kadang-kadang juga dimainkan oleh anak laki-laki. Permainan ini menggunakan tali kecil atau karet sekitar lima meter panjangnya. Dua ujung tali dipegang oleh pemain, dan tali diputar sehingga membentuk pola naik-turun.

Dua pemain lainnya kemudian mencoba melompati tali tersebut dengan gaya dan hitungan tertentu. Jika seorang pemain gagal melompati tali atau tersandung, giliran pemain lainnya untuk mencoba. Permainan berlanjut dengan mencoba melompati tali sebanyak mungkin tanpa kesalahan.

4. Petak Umpet

8 Permainan Tradisional Betawi yang Kini Jarang Ditemui - Petak Umpet
8 Permainan Tradisional Betawi yang Kini Jarang Ditemui – Petak Umpet

Permainan tradisional yang sangat populer di kalangan anak-anak Betawi, termasuk hingga saat ini, adalah Petak Umpet. Biasanya dimainkan di lapangan terbuka pada malam yang cerah. Permainan ini dapat dinikmati oleh anak laki-laki dan perempuan, dengan jumlah pemain sekitar lima hingga enam orang atau lebih.

Salah satu pemain akan menutup matanya sementara yang lain bersembunyi di berbagai tempat, seperti di balik pohon, tembok, gundukan tanah, atau bahkan tempat-tempat yang tidak terduga. Inilah yang membuat permainan ini seru.

Setelah pemain yang menutup mata menemukan pemain lain, dia harus berteriak ‘Hong’ dan kemudian berlari kembali ke titik awal di mana dia menutup mata, biasanya di sekitar batang pohon. Setelah semua pemain ditemukan, permainan dimulai kembali dari awal. Dan begitulah seterusnya.

5. Tuk-Tuk Ubi

Tuk-Tuk Ubi biasanya dimainkan oleh sekelompok anak perempuan secara bersama-sama. Jumlah pemain bisa mencapai 10 orang atau lebih, tetapi biasanya minimal ada 4 orang. Yang membuat permainan ini menarik adalah peran seorang nenek gerondong atau emak dalam permainan ini.

Tempat bermain harus bersih karena permainan ini dilakukan sambil duduk, dan diperlukan tiang atau pohon sebagai pegangan.

Cara bermainnya adalah salah satu pemain yang ditunjuk sebagai “nenek gerondong” dengan cara berteriak “Hom pim pa,” dan pemain yang kalah akan menjadi nenek gerondong. Nenek gerondong kemudian membawa sebatang tongkat dan mendekati anak-anak yang duduk berjejer dan saling memeluk pinggang di belakang emak.

Pemimpin yang berada di depan memegang tiang atau pohon, dan mereka semua berperan sebagai ubi yang akan ditarik oleh nenek gerondong. Sebelum permainan dimulai, terjadi percakapan antara nenek gerondong dan ubi, yang menambah keseruan permainan ini.

6. Galasin

8 Permainan Tradisional Betawi yang Kini Jarang Ditemui - Galasin
8 Permainan Tradisional Betawi yang Kini Jarang Ditemui – Galasin

Permainan Galasin melibatkan sejumlah anak yang dibagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok berada di satu ujung lapangan, sementara yang lainnya berada di ujung lainnya. Permainan ini memiliki banyak elemen aktivitas fisik, karena tujuannya adalah untuk menghalangi lawan agar tidak bisa mencapai garis akhir.

Selain itu, ada seorang anak yang bertugas menjaga garis tengah lapangan. Pemain dari kedua kelompok berusaha menyeberangi garis tersebut, sementara penjaga tengah berusaha menangkap satu anak yang mencoba menyeberang. Jika berhasil ditangkap, anak tersebut akan bergantian menjadi penjaga. Pemenangnya adalah kelompok yang berhasil melakukan bolak-balik di area yang telah ditentukan.

7. Tok Kadal

Tok Kadal, juga dikenal sebagai Kalawadi, adalah permainan yang berasal dari Betawi. Awalnya, permainan ini terinspirasi oleh kejadian anak-anak yang terkejut melihat kadal dan mengikutinya hingga kadal tersebut melompat jauh. Dari sana, permainan ini dikembangkan dengan prinsip mirip dengan memukul kadal.

Alat yang digunakan dalam permainan ini terdiri dari sebatang kayu bulat sekitar 40 cm panjangnya, dengan penggetok sepanjang 10 cm yang digunakan untuk “kadal.” Di lapangan, terdapat lubang dengan batu bata di sisi kanan dan kiri yang diatur berjajar dengan jarak sekitar 5 cm. Kayu yang biasanya digunakan adalah kayu nangka. Permainan dilakukan oleh dua kelompok.

Setelah pemilihan pemimpin kelompok melalui suit, kelompok yang menang akan memulai permainan dengan mencoba mencongkel “kadal” dari lubang sejauh mungkin. Jika berhasil ditangkap oleh kelompok yang menjaga, pemain dianggap kalah dan digantikan oleh pemain berikutnya. Jika tidak tertangkap, “kadal” akan dilemparkan kepada pemain yang berperan sebagai pemukul. Jika pemukul berhasil memukul “kadal” dengan tepat, pemain yang “kadal” tersebut akan dianggap kalah. Namun, jika pemukul gagal memukul “kadal,” permainan akan berlanjut.

8. Uler-uleran

8 Permainan Tradisional Betawi yang Kini Jarang Ditemui - Uler-uleran
8 Permainan Tradisional Betawi yang Kini Jarang Ditemui – Uler-uleran

Dalam permainan Uler-uleran, dua anak berdiri berhadapan, mengangkat kedua tangannya, dan saling berpegangan pada jari-jari mereka. Kemudian, anak-anak lainnya berbaris berbanjar di belakang mereka, dengan masing-masing tangan memegang pundak teman yang berada di depan. Rombongan ini berjalan dengan meliuk-liuk secara cepat sambil menyanyikan lagu berikut:

Ular naga panjangnya bukan kepalang
Menjalar-jalar selalu kian kemari
Umpan yang lezat itulah yang dicari
Ini dianya yang terbelakang

Pada lirik terakhir, anak yang masuk ke dalam celah tangan akan ditangkap dan dijadikan tawanan dalam permainan ini.